Analisis Terhadap Puisi Romantic Karya Abdul Wachid

Posted by Unknown on June 19, 2013



Puncak Cinta

Rindu memang selalu sakit
Tapi pertemuan cinta akan mengobati

Puncak cinta adalah kerinduan
Karenanya kita bisa maknai
Harap- harap cemas
Pada kekasih yang dicintai
Karena cinta kita mengenali diri
Betapa aku membutuhkanmu
Ku hayati jatuh bangunnya hatiku
Dalam mencintaimu

Tapi kunikmati saja kesakitanku
Karena merindukanmu
Seperti kurasakan nikmatnya cinta
Yang telah kucecap dari lidah hatimu



Analisis dari Puisi tersebut :

 A.     Diksi
Diksi merupakan pilihan kata dalam membuat puisi. Diksi dalam puisi-puisi Abdul Wachid BS dipilih melalui proses kreatif yang mengandung makna dan arti yang begitu dalam. Kebanyakan diksi dalam puisi sangat unik dan kurang dimengerti, namun apabila ditelaah secara seksama mengandung makna yang begitu dalam. Diksi dalam puisi secara umum ditempatkan sebagai hal yang vital dalam sajak, sebab melalui kata penyair mampu menyampaikan pikiran dan perasaan atau momen puitiknya meskipun dengan ketaklangsungan ekspresi dan bersifat arbitrer .
      Puisi puncak cinta menggunakan perpaduan kata yang jelas, perpaduan kata-kata dalam setiap baitnya, antara ungkapan rindu yang memunculkan makna sakit pada baris pertama “rindu memang selalu sakit” dan ungkapan yang menyatakan keyakinan bahwa dirinya dapat menemukan cinta kembali untuk mengobati rindunya yang tertuang pada baris kedua “tapi pertemuan cinta akan mengobati”   Hal ini berbeda dengan makna yang terselubung pada baris 5 dan 6 “harap- harap cemas, pada kekasih yang dicintai”. Keyakinan yang semula ada seketika hilang sehingga makna yang ada hanyalah keraguan.
          Pada bait terakhir puisi puncak cinta memiliki makna yang sebelumnya mengungkapkan rasa rindu ialah hanya kesakitan, akan tetapi pada bait terakhir ini mengungkapkan kembali bahwa rasa rindu yang menimbulkan sakit itu kini tidak dirasa lagi, melainkan menganggap bahwa rasa rindu ialah sebagian dari nikmatnya cinta.

B.     Bahasa kiasan
Bahasa kiasan merupakan bahasa yang digunakan untuk memperindah bahasa yang digunakan oleh penyair dalam puisinya.
       Bahasa kiasan atau majas dalam puisi puncak cinta sangat beranekaragam. Yakni yang pertama:
a.    Personifikasi
Menggambarkan benda mati seolah-olah bernyawa seperti manusia. Hal ini bisa dilihat pada baris pertama, yakni “rindu memang selalu sakit”.
b.    Metafora
Merupakan gabungan dari 2 kata yang membentuk makna baru. Hal ini bisa dilihat pada baris terakhir, yakni “yang telah kucecap dari lidah  hatimu”, lidah yang pada mulanya alat ucap dan hati yang merupakan organ dalam, kini setelah keduannya bergabung memiliki makna baru yakni ucapan cinta. 


c. Epitet
Menyatakan suatu sifat yang khusus dari sesuatu hal. Hal ini terlihat pada baris ke 9 yakni “jatuh bangunnya hatiku”. Makna yang dimiliki sebenarnya ialah jatuh cinta kemudian patah hati.

C.     Citraan
Citraan memiliki posisi penting dalam sajak dimana seorang penyair berkemampuan apa yang dibangunnya melalui kekuatan bahasa yang khas yang dimilikinya.
Citraan umumnya digunakan dalam dua pengertian yakni sebagai pengalaman indra dan bentuk indra itu, tentu saja sajak yang baik itu senantiasa memperhitungkan adanya keutuhan antara bentuk dan isi, keutuhan penggambaran penggambaran imajinya sehingga mampu memberi nuansa berimajinas dan berpikiran pada pembaca.
   Dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran kongkrit tentang hal- hal yang disampaikan oleh pengarang.
Citraan pada puisi tersebut menggambarkan bahwa seseorang sangat rindu terhadap kekasihnya. Dan karena rasa rindunya lah dirinya mengalami kesakitan dan kecemasan. Akan tetapi dirinya yakin bahwa suatu saat nanti cintanya akan kembali. Karenanyalah dia mengerti akan diri dan dunia.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment