Puncak Cinta
Rindu memang selalu sakit
Tapi pertemuan cinta akan mengobati
Puncak cinta adalah kerinduan
Karenanya kita bisa maknai
Harap- harap cemas
Pada kekasih yang dicintai
Karena cinta kita mengenali diri
Betapa aku membutuhkanmu
Ku hayati jatuh bangunnya hatiku
Dalam mencintaimu
Tapi kunikmati saja kesakitanku
Karena merindukanmu
Seperti kurasakan nikmatnya cinta
Yang telah kucecap dari lidah hatimu
Analisis dari Puisi tersebut :
A. Diksi
Diksi merupakan pilihan
kata dalam membuat puisi. Diksi dalam puisi-puisi Abdul Wachid BS dipilih
melalui proses kreatif yang mengandung makna dan arti yang begitu dalam.
Kebanyakan diksi dalam puisi sangat unik dan kurang dimengerti, namun apabila
ditelaah secara seksama mengandung makna yang begitu dalam. Diksi dalam puisi
secara umum ditempatkan sebagai hal yang vital dalam sajak, sebab melalui kata
penyair mampu menyampaikan pikiran dan perasaan atau momen puitiknya meskipun
dengan ketaklangsungan ekspresi dan bersifat arbitrer .
Puisi puncak cinta menggunakan perpaduan kata yang jelas, perpaduan
kata-kata dalam setiap baitnya, antara ungkapan rindu yang memunculkan makna
sakit pada baris pertama “rindu memang selalu sakit” dan ungkapan yang
menyatakan keyakinan bahwa dirinya dapat menemukan cinta kembali untuk mengobati
rindunya yang tertuang pada baris kedua “tapi pertemuan cinta akan mengobati” Hal ini berbeda dengan makna yang
terselubung pada baris 5 dan 6 “harap- harap cemas, pada kekasih yang
dicintai”. Keyakinan yang semula ada seketika hilang sehingga makna yang ada
hanyalah keraguan.
Pada
bait terakhir puisi puncak cinta memiliki makna yang sebelumnya mengungkapkan
rasa rindu ialah hanya kesakitan, akan tetapi pada bait terakhir ini
mengungkapkan kembali bahwa rasa rindu yang menimbulkan sakit itu kini tidak
dirasa lagi, melainkan menganggap bahwa rasa rindu ialah sebagian dari
nikmatnya cinta.
B. Bahasa kiasan
Bahasa kiasan merupakan
bahasa yang digunakan untuk memperindah bahasa yang digunakan oleh penyair
dalam puisinya.
Bahasa kiasan atau majas dalam puisi puncak cinta sangat beranekaragam.
Yakni yang pertama:
a. Personifikasi
Menggambarkan
benda mati seolah-olah bernyawa seperti manusia. Hal ini bisa dilihat pada
baris pertama, yakni “rindu memang selalu sakit”.
b. Metafora
Merupakan
gabungan dari 2 kata yang membentuk makna baru. Hal ini bisa dilihat pada baris
terakhir, yakni “yang telah kucecap dari lidah
hatimu”, lidah yang pada mulanya alat ucap dan hati yang merupakan organ
dalam, kini setelah keduannya bergabung memiliki makna baru yakni ucapan
cinta.
c. Epitet
Menyatakan
suatu sifat yang khusus dari sesuatu hal. Hal ini terlihat pada baris ke 9
yakni “jatuh bangunnya hatiku”. Makna yang dimiliki sebenarnya ialah jatuh
cinta kemudian patah hati.
C. Citraan
Citraan memiliki posisi
penting dalam sajak dimana seorang penyair berkemampuan apa yang dibangunnya
melalui kekuatan bahasa yang khas yang dimilikinya.
Citraan umumnya digunakan
dalam dua pengertian yakni sebagai pengalaman indra dan bentuk indra itu, tentu
saja sajak yang baik itu senantiasa memperhitungkan adanya keutuhan antara
bentuk dan isi, keutuhan penggambaran penggambaran imajinya sehingga mampu
memberi nuansa berimajinas dan berpikiran pada pembaca.
Dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran kongkrit tentang hal-
hal yang disampaikan oleh pengarang.
Citraan pada puisi tersebut
menggambarkan bahwa seseorang sangat rindu terhadap kekasihnya. Dan karena rasa
rindunya lah dirinya mengalami kesakitan dan kecemasan. Akan tetapi dirinya
yakin bahwa suatu saat nanti cintanya akan kembali. Karenanyalah dia mengerti
akan diri dan dunia.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment