Metode Pembelajaran Bahasa dalam hal Membaca
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks.
Membaca bukan hanya kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata, tetapi
berupaya mengubah lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang
yang bermakna baginya.
Banyak metode yang dapat merangsang siswa dalam kegiatan membaca khususnya berkaitan dengan pembelajaran membaca. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, antara lain sebagai berikut.
1. SQ3R.
2. Membaca Cepat.
3. Scramble.
4. Isian Rumpang.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari mempelajari metode-metode membaca tersebut. Melalui metode SQ3R, siswa akan dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak, memberikan kesempatan kepada mereka untuk membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel, membekali mereka dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Melalui metode membaca cepat, siswa dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya dan dapat memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.
Banyak metode yang dapat merangsang siswa dalam kegiatan membaca khususnya berkaitan dengan pembelajaran membaca. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, antara lain sebagai berikut.
1. SQ3R.
2. Membaca Cepat.
3. Scramble.
4. Isian Rumpang.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari mempelajari metode-metode membaca tersebut. Melalui metode SQ3R, siswa akan dapat menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak, memberikan kesempatan kepada mereka untuk membaca dengan pengaturan kecepatan membaca yang fleksibel, membekali mereka dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Melalui metode membaca cepat, siswa dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya dan dapat memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.
Melalui metode
Scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana
yang acak susunannya dengan susunan bare yang bermakna dan mungkin lebih baik
dari susunan aslinya. Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk
belajar sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berpikir,
mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.
Metode isian
rumpang sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca
siswa dalam hal penggunaan isyarat sintaksis, penggunaan isyarat semantik,
pengunaan isyarat skematik, peningkatan kosakata, dan peningkatan daya nalar
dan sikap kritis siswa terhadap bahan bacaan.
Media dan Penilaian Pembelajaran Membaca
Karya nonfiksi
bersifat faktualitas (benar-benar terjadi). Sedangkan karya fiksi bersifat
realitas (yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi).
Dalam fiksi dikenal dengan istilah licentia poetica, yaitu pengarang dapat mengkreasi, memanipulasi, dan menyiasati berbagai masalah kehidupan yang dialami (baik secara nyata maupun tidak nyata) dan diamatinya menjadi berbagai kemungkinan kebenaran yang bersifat hakiki dan universal dalam karya fiksinya.
Prinsip-prinsip dan masalah-masalah teknis dalam penulisan karya fiksi, yaitu:
1. permulaan dan eksposisi (beginning and exposition);
2. pemerian dan latar (description and setting);
3. suasana (atmosphere);
4. pilihan dan saran (selection and suggestion);
5. saat penting (key moment);
6. puncak; klimaks (climax);
7. pertentangan, konflik (conflict);
8. rintangan; komplikasi (complication);
9. pola atau model (pattern or design);
10. kesudahan; kesimpulan (denouement);
11. tokoh dan aksi (character and action),
12. pusat minat (focus of interest),
13. pusat tokoh (focus of character),
14. pusat narasi (focus of narration: point of view),
15. jarak (distance),
16. skala (scale), dan
17. langkah (pace) (Brooks and Warren dalam Tarigan 1987:75).
Ada beberapa hal yang harus dinilai dalam
kemampuan membaca. Ditinjau dari kemampuan yang menjadi sasaran tes membaca,
Harsiati (2003) membatasi cakupan kemampuan yang akan diukur dalam tes membaca,
yaitu
Dalam fiksi dikenal dengan istilah licentia poetica, yaitu pengarang dapat mengkreasi, memanipulasi, dan menyiasati berbagai masalah kehidupan yang dialami (baik secara nyata maupun tidak nyata) dan diamatinya menjadi berbagai kemungkinan kebenaran yang bersifat hakiki dan universal dalam karya fiksinya.
Prinsip-prinsip dan masalah-masalah teknis dalam penulisan karya fiksi, yaitu:
1. permulaan dan eksposisi (beginning and exposition);
2. pemerian dan latar (description and setting);
3. suasana (atmosphere);
4. pilihan dan saran (selection and suggestion);
5. saat penting (key moment);
6. puncak; klimaks (climax);
7. pertentangan, konflik (conflict);
8. rintangan; komplikasi (complication);
9. pola atau model (pattern or design);
10. kesudahan; kesimpulan (denouement);
11. tokoh dan aksi (character and action),
12. pusat minat (focus of interest),
13. pusat tokoh (focus of character),
14. pusat narasi (focus of narration: point of view),
15. jarak (distance),
16. skala (scale), dan
17. langkah (pace) (Brooks and Warren dalam Tarigan 1987:75).
1.
kemampuan literal (kemampuan memahami isi teks
berdasarkan aspek kebahasaan yang tersurat).
2.
kemampuan
inferensia (kemampuan memahami isi teks yang tersirat/menyimpulkan isi yang
tidak langsung ada dalam teks).
3.
kemampuan
reorganisasi (penyarian/penataan kembali ide pokok dan ide penjelas dalam
paragraf maupun ide-ide pokok paragraf yang mendukung tema bacaan).
4.
kemampuan
evaluatif (untuk menilai keakuratan, kemanfaatan, kejelasan isi teks).
5.
kemampuan apresiasi (kemampuan menghargai teks)
Model-model
Pembelajaran Membaca
Seorang guru dapat
menggunakan berbagai alternatif model pembelajaran membaca, di antaranya model
pembelajaran membaca SQ3R, model pembelajaran membaca scramble, dan model
pembelajaran membaca isian rumpang.
Model pembelajaran membaca SQ3R dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menugaskan siswa untuk membaca buku dan menelaah suatu buku.
2. Guru memberikan apersepsi tujuannya untuk mengarahkan siswa agar lebih paham.
3. Guru bersama siswa melakukan survei buku.
4. Guru melatih siswa membuat pertanyaan.
5. Guru menyuruh siswa membaca secara mandiri.
6. Guru menyuruh siswa membuat pertanyaan dari bacaan yang dibacanya.
7. Siswa meninjau ulang kegiatan dan hasil Baca
Model pembelajaran membaca scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat.
2. Setiap kelompok siswa diminta untuk membuat kartu-kartu kalimat sejenis dalam kertas karton.
3. Berilah nomor lain yang tidak sama urutannya dengan urutan nomor kalimat pada wacana aslinya.
4. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa dalam satu kelompok.
5. Guru merencanakan langkah-langkah kegiatan serta menentukan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Model pembelajaran membaca Isian Rumpang dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menyediakan wacana.
2. Guru melakukan penghilangan (delisi) pada bagian-bagian tertentu dari wacana tersebut secara beraturan, misalnya setiap kata yang ke-5 dan ke-6.
3. Guru menyuruh siswa mengisi bagian-bagian yang hilang tersebut.
4. Guru menyediakan kunci jawaban.
5. Guru menyuruh siswa menghitung jumlah lesapan yang dianggap benar untuk menguji kemampuan mereka.
Model pembelajaran membaca SQ3R dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menugaskan siswa untuk membaca buku dan menelaah suatu buku.
2. Guru memberikan apersepsi tujuannya untuk mengarahkan siswa agar lebih paham.
3. Guru bersama siswa melakukan survei buku.
4. Guru melatih siswa membuat pertanyaan.
5. Guru menyuruh siswa membaca secara mandiri.
6. Guru menyuruh siswa membuat pertanyaan dari bacaan yang dibacanya.
7. Siswa meninjau ulang kegiatan dan hasil Baca
Model pembelajaran membaca scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat.
2. Setiap kelompok siswa diminta untuk membuat kartu-kartu kalimat sejenis dalam kertas karton.
3. Berilah nomor lain yang tidak sama urutannya dengan urutan nomor kalimat pada wacana aslinya.
4. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa dalam satu kelompok.
5. Guru merencanakan langkah-langkah kegiatan serta menentukan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Model pembelajaran membaca Isian Rumpang dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menyediakan wacana.
2. Guru melakukan penghilangan (delisi) pada bagian-bagian tertentu dari wacana tersebut secara beraturan, misalnya setiap kata yang ke-5 dan ke-6.
3. Guru menyuruh siswa mengisi bagian-bagian yang hilang tersebut.
4. Guru menyediakan kunci jawaban.
5. Guru menyuruh siswa menghitung jumlah lesapan yang dianggap benar untuk menguji kemampuan mereka.
Daftar Pustaka
Harsiati, T. (2003). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Tarigan, H. G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung : Angkasa.
Tarigan, H. G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment